Tuesday, September 9, 2008

Panduan Memilih Operator Telekomunikasi

Oleh: Arif Pitoyo

Sebelum melangkah lebih jauh dalam pembahasan mengenai tips memilih operator, ada baiknya pengguna telekomunikasi lebih mengenai frekuensi yang dipakai oleh operator di Indonesia.

Di Indonesia kita mengenai 2 teknologi telekomunikasi bergerak yaitu GSM (global system for mobile communications) dan CDMA (code division multiple access).

GSM digunakan oleh operator seluler seperti Telkomsel (Simpati, Kartu As, Halo), Indosat (Mentari, IM3, Matrix), XL (Bebas, Jempol, Xplor), Hutchison (3), dan Natrindo Telepon Seluler (Axis).

Sementara CDMA banyak digunakan oleh operator telepon nirkabel tetap atau FWA (fixed wireless access) seperti Bakrie Telecom (Esia), Telkom (Flexi), Indosat StarOne, dan Mobile-8 Telecom (Hepi).

Namun ada juga operator seluler yang menggunakan teknologi CDMA, yaitu Mobile-8 (Fren), Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria), dan Smart Telecom (Smart).

CDMA sebagian besar bekerja di frekuensi 800 MHZ, kecuali produk Ceria di 450 MHz dan Smart di 1.900 MHz. Sementara GSM banyak bekerja di frekuensi 1.800 MHz dan 900 MHz.

CDMA dan GSM

CDMA sebenarnya lebih baik dalam hal komunikasi data. Diatas CDMA ada teknologi CDMA Ev-Do yang setara dengan WCDMA (3G versi GSM). Bahkan kecepatan untuk Ev-Do relative lebih tinggi dari WCDMA.

Namun karena penggunanya relatif lebih sedikit dibandingkan GSM, baik di Indonesia maupun dunia, maka CDMA kurang diminati, sehingga di beberapa negara bahkan teknologi CDMA tidak bisa digunakan dan tidak interoperability dengan teknologi GSM.

Sebaliknya, GSM merupakan teknologi massal yang banyak digunakan oleh penggun seluler sehingga baik ketersediaan teknologi maupun interoperabilitasnya tidak diragukan lagi.

GSM merupakan teknologi yang fleksibel, sementara CDMA memiliki karakteristik yang kaku sehingga bila satelit pemancarnya berubah sedikit saja maka koneksi akan langsung terganggu.

Sayangnya, pemerintah tidak mengizinkan GSM dipakai untuk FWA sehingga pada pandangan banyak orang, GSM dianggap teknologi yang mahal. Padahal sesungguhnya, teknologi GSM yang sudah sangat melimpah secara logika seharusnya menurunkan harganya dibanding CDMA.

Frekuensi

Operator CDMA banyak yng menggunakan frekuensi 800 MHz. Di frekuensi itu terdapat 4 operator FWA dan seluler yaitu Bakrie Telecom dengan produknya Esia, Mobile-8 (Fren dan Hepi), Telkom (Flexi), dan Indosat (StarOne).

Pada frekuensi ini, StarOne memperoleh 2 kanal (1 kanal selebar 5 MHz), Mobile-8 4 kanal, Esia 3 kanal, dan Flexi 3 kanal.

Makin lebar kanal maka operator seluler makin leluasa mengembangkan layanan dan cakupannya karena dapat dipastikan kapasitas trafik dan kapasitas pelanggan jadi makin banyak. Makin kecil kanal maka bila penggunanya banyak maka lalu lintas data tentu akan melambat.

Pada bagian ini dapat dipastikan pengguna dapat melihat operator mana yang bisa dipilih menjadi provider telekomunikasinya. Operator CDMA lainnya, yaitu Smart dan Neon lebih banyak terkendala pada handset yang masih sangat jarang karena frekuensi itu memang jarang digunakan di dunia untuk komunikasi CDMA.

Sementara pada teknologi GSM, penggunaan frekuensi relative sama karena masing-msing memiliki lebar yang sama, yaitu 15 MHz. Yang membedakan adalah pada cakupan layannanya. Makin lama operator tersebut berdiri tentunya memiliki jangkauan laynan yng makin luas, apalagi bila didukung dengan pendanaan dan belanja modal yang memadai.


Cakupan dan Karakteristik Layanan

Indosat sebenarnya merupakan operator seluler tertua, namun karena induk Telkomsel yaitu Telkom sudah ada jauh sebelum kemerdekaan RI, maka operator tersebut banyak mewarisi cakupan laynan dan teknologi dari induknya.

Setelah itu ada XL diurutan ketiga sebagai operator seluler tertua, lalu diikuti berturu-turut Hutchison, dan Natrindo Telepon Seluler.

Seluruh operator GSM merupakan operator 3G sehingga selain menyediakan akses percakapan, mereka juga enyediakan akses data dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Operator GSM pendatang baru cenderung kesulitan dalam mengembangkan layanannya dan lebih banyak menyewa menara telekomunikasi dibandingkan mmbangunnya sendiri, apalagi terdapat aturan menara bersama di sejumlah daerah dantingkat nasional.

Perencanaan bisnis suatu operator dipastikan akanlebih baik bila membangun menara sendiri karena titik-titik tersebut telah diperhitungkn melalui kajian yang cukup panjang, sementara untuk yang menyewa lebih banyak menggantungkan sinyalnya pada perencanaan bisnis perusahaan lain.

Operator baru juga masih kesulitan dalam menjalin interkoneksi dengan operator lain sehingga terkadang penggunanya ksulitan menghubungi rekannya yang menggunakan nomor operator lama.

Selain itu, karena jaringan yang relative baru, maka pelanggan operator baru sering mengalami puus sambungan atau drop call. Namun akhir-akhir ini bukan hanya operator baru yang mengalami drop call, karena sejumlah operator besar pun, terutma yang menawarkan tariuf berbeda-beda pada menit-menit tertentu sering mengalami hal tersebut.

Foto:https://depts.washington.ed

No comments: